Politik Elon Musk Semakin Rugikan Tesla, Penjualan dan Prospek Keuangan Memburuk

Masalah Tesla kini melampaui pertikaian CEO Elon Musk dengan Presiden Donald Trump. Akhir pekan lalu, Trump menuduh mantan “sekutu dekatnya” itu telah “benar-benar lepas kendali” dalam adu sindiran di media sosial. Namun di balik sorotan publik terhadap drama tersebut, kondisi fundamental Tesla memburuk signifikan — bahkan diperkirakan akan kembali merugi, bukan semata akibat manuver politik Musk.

Musk sebelumnya merupakan penyumbang dana terbesar dalam kampanye Trump pada Pilpres 2024 dan sering terlihat di Mar-a-Lago serta Gedung Putih saat awal masa jabatan kedua Trump. Ia juga memimpin upaya pemangkasan besar-besaran birokrasi di Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE). Namun, pekan lalu Musk mengumumkan pembentukan partai politik baru karena ketidakpuasannya terhadap undang-undang pajak dan belanja yang baru ditandatangani Trump.

Reaksi pasar langsung terlihat. Saham Tesla anjlok 6,8% pada Senin, dan hanya pulih tipis sebesar 1,3% pada Selasa. Kekhawatiran investor meningkat, meskipun Musk berjanji akan kembali fokus pada perusahaan.

Investor Minta Pembatasan Politik Musk

Analis teknologi Dan Ives dari Wedbush Securities menyatakan, “Langkah Musk yang semakin terjun ke dunia politik justru berlawanan arah dengan keinginan investor Tesla pada masa penting ini.” Dalam catatan terbarunya, Ives menyarankan dewan direksi Tesla menetapkan aturan terkait waktu dan aktivitas politik Musk.

Meski begitu, Ives tetap mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga saham Tesla di angka $500. Sementara itu, analis dari William Blair menurunkan rekomendasi saham Tesla menjadi “netral” serta memangkas proyeksi laba.

Namun, persoalan Tesla tidak hanya soal Musk dan politik. Laporan William Blair menyoroti bahwa UU terbaru Trump tidak hanya menghapus insentif pajak $7.500 untuk pembeli kendaraan listrik, tapi juga mencabut denda bagi produsen mobil yang gagal memenuhi target emisi. Ini berarti permintaan terhadap “kredit regulasi” — sumber pemasukan besar bagi Tesla — bisa lenyap.

Sejak 2019, penjualan kredit emisi menambah $10,6 miliar ke pendapatan Tesla. Tanpa pendapatan itu, Tesla tidak akan mencatat laba tahunan positif hingga 2021, dan akan kembali merugi pada kuartal pertama tahun ini — ketika laba bersih anjlok 71% dibanding tahun sebelumnya.

Baca juga: Harga Tomat Melonjak, Bisnis Restoran Terancam Bangkrut

Robotaksi Tertinggal, Masalah Teknis Muncul

Musk terus mengklaim bahwa masa depan Tesla terletak pada robot, kecerdasan buatan, dan taksi otonom. Namun sejauh ini, layanan robotaksi baru diluncurkan secara terbatas di Austin, Texas, hanya untuk tamu undangan dan dengan kehadiran karyawan Tesla di kursi depan sebagai pengawas.

Sementara itu, Waymo — unit kendaraan otonom milik Alphabet (induk Google) — sudah beroperasi secara penuh di empat kota besar dan akan menambah Miami dan Washington DC pada 2026, berkolaborasi dengan Uber.

Tesla juga menghadapi kritik atas rekaman video robotaksinya yang menunjukkan mobil berkendara di sisi jalan yang salah dan nyaris menabrak mobil yang sedang parkir.

“Momen ini seharusnya dimanfaatkan untuk mempercepat peluncuran robotaksi, bukan untuk berpolitik,” kata catatan William Blair.

Penjualan Global Menurun, Pangsa Pasar Tergerus

Penjualan Tesla secara global anjlok 13% pada dua kuartal pertama tahun ini — rekor penurunan tahunan perusahaan — meskipun permintaan kendaraan listrik secara umum meningkat. Hal ini menandakan Tesla kehilangan pangsa pasar, terutama akibat persaingan dari produsen Barat dan merek asal Tiongkok seperti BYD, yang diperkirakan akan melampaui Tesla dalam penjualan tahunan global tahun ini.

Situasi akan semakin sulit pada 1 Oktober saat insentif pajak untuk EV resmi berakhir. Saat skema serupa dihapus pada 2019, Tesla terpaksa menurunkan harga mobil hingga setengah dari nilai insentif.

Tesla menyadari ancaman ini, dan melalui akun resmi X menulis, “Jika ada waktu yang tepat untuk YOLO (you only live once) beli mobil, ya sekarang,” sambil mengingatkan konsumen tentang insentif yang akan segera habis.

Namun, kerugian citra akibat aktivitas politik Musk juga memberi dampak besar. Ratusan aksi protes digelar di depan showroom Tesla di AS, Kanada, dan Eropa. Saat itu, Trump bahkan sempat mencoba membantu dengan membeli Tesla dan menggelar acara di Gedung Putih untuk mendukung perusahaan tersebut.

Namun kini, Musk justru berisiko kehilangan dukungan dari dua sisi spektrum politik sekaligus.

“Ia berhasil membuat semua orang kecewa — sesuatu yang banyak orang pikir mustahil, tapi nyatanya ia lakukan juga,” ujar Dan Ives kepada CNN. “Masalahnya, drama ini terus berlanjut dan tak kunjung selesai.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *